2/07/2016

Antara Cerai dan Cinta

Pagi2 baca status2 facebook sambil nyeruput kopi, tiba2 ada yang statusnya berubah dari seorang teman lama: “Fulan is now single”. Lha?!

Antara Cerai dan Cinta

Walau sudah beberapa kali mengikuti teman yang dihadiri pernikahannya terus mengikuti proses cerainya, tetap saja mendengar khabar cerai masih suka rada kaget. Ngga kaget2 banget karena saya sendiri cerai sehingga saya tahu cerai itu sesuatu yang mungkin terjadi di sekitar saya, mungkin juga karena teman2 saya banyak yang statusnya sudah single kembali, tetapi ‘rada’ kaget karena sedikit banyak saya agak menyayangkan kok bisa dia juga cerai ya…

Kalau saya pikir2 kenapa teman2 saya ini cerai, alasannya banyak. Ada yang alasannya orang ke-tiga. Ini mungkin yang paling banyak. Kemudian disusul dengan sudah tidak cocok, inconsolable differences kalau bahasa Hollywoodnya. Ada yang bilang, “Sudah ngga cinta lagi”, yang kemudian biasanya dibalas dengan, “Ya, kalau sudah kawin lama kan cinta juga hilang”.

Duuuh, sedih banget. Nah kalau sudah tidak cinta lagi kok ya masih kawin? Saya mungkin orang yang amat sangat romantis sehingga beranggapan kalau yang namanya hidup bersama itu harus dengan cinta. Mungkin karena perkawinan saya sendiri dulu kandas karena tidak didasarkan oleh cinta, sehingga saya merasa cinta adalah fondasi dari kesepakatan untuk hidup bersama. Apa enaknya hidup bersama, tidur bersama dengan orang yang kita tidak cintai?

Saya bahas kasus teman saya yang baru2 ini curhat ke saya, yang saya geleng2 kepala luar biasa mendengar ceritanya. Teman saya, sebutlah namanya Ali, sudah menikah 6 tahun dengan istrinya. Perkawinannya tidak harmonis sama sekali, karena istrinya punya pacar.

Bahkan, kadang istrinya malah nginep di rumah pacarnya, pergi liburan dengan pacarnya, dan anehnya, cerita pula sama si Ali ini kalau dia baru pergi sama pacarnya. Kadang dia cerita bahwa dia tidak habis pikir kok ya istrinya bisa begitu. Saya tanya, apa sudah diomongin, dia bilang, “Mungkin itu hanya satu fase, mungkin nanti dia akan kembali ke saya. Gemana ya, saya masih cinta sih, saya masih mengharapkan dia kembali biar bagaimanapun”.

Ada lagi teman saya, sebutlah namanya Dandi, yang istrinya mempunyai pacar juga. Dandi sangat patah hati ketika istrinya mengatakan bahwa dia sudah lama tidak mencintainya. Tetapi Dandi malah bisa lho, ketemu sama pacar suaminya dan bilang, “Kamu jangan nyakitin istri saya ya”, bukannya ditonjok mati2an.

Mereka masih menikah, masih bareng karena ada anak (memang anak selalu menjadi alasan kenapa dua orang manusia masih bersama, ya), tetapi kalau cuti sekarang mereka sendiri2, walau tinggal seatap tetapi tidak melakukan hal2 bersama sebagaimana pasangan. Waktu saya tanya apakah mereka akan tetap bersama, Dandi hanya bilang tidak tahu. Beberapa bulan berlalu, status mereka berdua masih hidup bersama tetapi tidak bersama. Bener2 statusnya it’s complicated kalau di facebook.

Saya suka merasa kasihan sama dua orang manusia yang tidak bisa hidup bersama walaupun saling mencintai. Baru2 ini orang kantor saya ada yang kawin lari, tidak peduli dengan ketidak setujuan orangtua mereka yang menentang mereka untuk menikah bersama karena beda agama. Wah, saya salut. Wah, romantis banget. Bukankah cinta diajarkan oleh tiap agama? Kenapa juga agama harus memisahkan dua orang yang saling mencintai? Mungkin ini pertanyaan yang konyol dan naif, tapi ya, kalau cinta, apa salahnya?

Saya kadang lebih kasihan lagi dengan dua orang manusia yang harus bertahan menikah walaupun tidak cinta karena salah satu mempunyai posisi lemah. Biasanya, yang lemah tidak mempunyai kedudukan finansial yang cukup untuk hidup sendiri. Atau, salah satunya terlena dengan status sosial yang sudah bagus, atau malu kalau menjadi single kembali. Apalagi kalau dalam perkawinannya dihiasi dengan kekerasan rumah tangga.

Aduuuuh….seolah-olah dia tidak pantas untuk diperlakukan dengan lebih baik, seolah dia tidak berhak untuk memperoleh ungkapan cinta yang lebih wajar. Setidaknya, mereka bertahan menikah dan berharap bahwa cinta yang pernah ada (kalau pernah) akan tumbuh kembali (atau tumbuh walaupun cinta tidak pernah ada).

Yang cintanya sudah hilang masih berharap untuk tumbuh kembali rupanya. Tapi sedih sekali, kalau harus hidup bersama dengan orang yang tidak kita cintai.

Kalau saya, satu2nya alasan kalau saya akan bersama seorang laki2 adalah, karena saya cinta sama dia. Karena, secara materi, saya sudah cukup. Lagian saya juga sudah pernah kawin, jadi tidak perlu status istri. Status janda juga tidak terlalu mengganggu, wong teman2 saya juga banyak aja yang janda atau duda.

Anak juga tidak menjadi motivasi untuk kawin, wong umur juga sudah 43. Jadi satu2nya alasan saya kalau mau hidup dengan orang lain adalah karena saya cinta sama dia. Karena kalau sama dia, hidup saya akan lebih berwarna dan lebih membawa kebaikan dan berkah.

Dan kalau bisa, cintanya jangan cepat hilang. Jangan hilang, tetapi tetap ada, dan kalau bisa tumbuh terus. Mudah2an ngga muluk.

Anda juga bisa menuliskan dan berbagi dengan seluruh sahabat pembaca "TJanda". Menulislah sekarang dan kirimkan melalui halaman Kontak.