2/19/2016

Cerai, Diselamati?

Kemarin saya buka group di blackberry saya. Isinya teman2 SMP saya, geng main saya yang perempuan semua. Baru2 ini ada seorang teman yang sedang mengajukan cerai.

Cerai, Diselamati?

Dan, yang menarik, banyak dari teman-teman saya yang mengucapkan, “Congratulations ya…” kepada teman yang akan cerai ini. Hmmh, apakah perceraian itu memang sebuah pencapaian prestasi sehingga perlu diselamati?

Memang di group ini banyak yang perkawinannya, terutama yang pertama, gagal. Ada yang menikah kembali. Ada yang tetap single seperti saya. Ada juga janda ditinggal mati. Saya, yang janda cerai saja, waktu mengambil keputusan cerai rasanya dunia mau runtuh karena merasa gagal.

Mungkin beda kalau suami tukang pukul atau tidak pernah memberi nafkah lahir batin kepada kita, keberanian untuk berpisah mungkin patut untuk diselamati. Itupun saya rasa agak aneh, karena pastinya tidak ada orang yang kawin untuk kemudian bercerai.

Jadi, fenomena ini aneh. Apakah memang teman2 saya merasa bahwa mereka menyesal menikah? Apakah pernikahan itu begitu gelapnya sehingga ketika perkawinan itu berakhir rasanya lega dan perlu diselamati?

Anda juga bisa menuliskan dan berbagi dengan seluruh sahabat pembaca "TJanda". Menulislah sekarang dan kirimkan melalui halaman Kontak.