2/12/2016

5 Tahun Single, Is Not That Bad

Selagi facial di salon, tiba2 saya ingat tanggal. Wah, besok tanggal 8 Agustus ya. Saya jadi ingat, pada tanggal 8 Agustus saya resmi cerai dari suami, resmi jatuh talak 1 di Pengadilan Negri Jakarta Selatan.

5 Tahun Single, Is Not That Bad

Saya ingat betul bahwa saat itu saya datang dengan ojek, dengan baju kantor ke KUA. Saya masih ingat betul baju saya: atasan berwarna pink dan rok hitam. Rambut saya ikat satu. Saya tidak membawa mobil, tapi saya ke kantor dulu, kerja, baru ke KUA naik ojek sambil menguatkan hati. Saya datang sendirian ke sana.

Selagi menunggu beberapa saat, sang suami muncul. Lalu setelah menunggu giliran, masuk ke ruangan, jatuh talak, kemudian saya salam2an sama hakimnya. Entah waktu itu diberi selamat atau apa, saya lupa. Yang saya ingat lagi, saya diberikan tebengan ke kantor sama bekas suami saya. Sembari dia mengembalikan kartu kredit tambahan dan saya kembalikan ATM, saya di drop di gedung kantor di bilangan Gatot Subroto.

Lalu saya kembali bekerja lagi. Seolah tidak ada perasaan apa2…mungkin karena sudah hidup terpisah selama beberapa bulan ya, jadi sudah tidak ada perasaan lagi. Malah sorenya, sahabat saya muncul di apartemen waktu itu, lalu saya tunjukkan surat talaknya sambil becanda, “Sudah lulus, ada ijazahnya”.

Ini hanya sekedar cerita saya waktu ke Pengadilan Agama waktu cerai. Karena kami berdua sepakat perkawinan tidak bisa dilanjutkan lagi, maka kita berpisahnya baik2. Syukurlah, karena banyak yang berpisah dengan sulit, terutama kalau menyangkut harta gono gini. Kita tidak ada harta yang patut diperebutkan, sehingga lancar2 saja; mungkin tidak lebih dari 6 bulan setelah mengajukan permohonan cerai, kami disidang.

Setelah itu, hidup berjalan seperti biasa saja. Kerja 5 hari seminggu, cari rumah kontrakan, membawa anjing saya 2 ekor ke rumah. Beberapa waktu kemudian, saya juga mulai membuka diri, ketemu dengan orang2, menjalin hubungan (yang akhirnya putus juga) atau ya cuma ketemu orang yang tidak cocok saja. Kembali seperti waktu masa kuliah dulu: ada yang tertarik, ada yang menarik, ada yang jadi kemudian putus. Patah hati, bangkit kembali, ya, begitulah seterusnya.

Selama 5 tahun ini, saya lihat2 ke belakang kembali. Apakah hidup saya lebih baik dari waktu saya masih menikah? Yang pasti, setelah pindah ke rumah kontrakan, saya merasa jauh lebih tenang karena berkumpul dengan dua anjing2 kesayangan saya kembali, setelah hampir 2 tahun berpisah.

Secara finansial, alhamdulillah saya tidak kekurangan, malah bisa dibilang saya bisa menabung lebih banyak. Teman2 saya masih tetap ada, kami saling memperhatikan dan saling care terutama yang sesama single. Kita suka ngopi bareng, nonton bareng, melakukan aktivitas bersama.

Keluarga juga tidak terlalu memusingkan status saya sekarang. Mereka sudah bisa menerima saya apa adanya. Sekarang saya punya keponakan 2 orang yang lucu2, yang masih bertanya kenapa saya tidak ada suami. Saya sendiri merasa saya sudah bisa menerima keadaan saya dan status saya yang baru ini begitu jatuh talak.

Ada perasaan lega karena status saya sudah jelas sekarang: janda. Single. Sehingga kalau saya berjalan dengan teman2 tanpa suami saya sudah enak, tidak ada kalimat2 sumbar yang sampai di telinga ibu bapak saya. Lagipula, single juga bukan berarti lalu kelayapan seperti kuda liar.

Lima tahun kebelakang ini, saya malah lebih betah di rumah. Kalau waktu masih menikah dulu sering ke luar rumah ketemu teman2 karena tidak betah, sekarang malah di rumah sampai pembantu saja bilang saya kurang gaul. Mungkin juga karena usia yang semakin bertambah, rasanya saya sudah tidak perlu mencari eksistensi dan pengakuan dari orang2 lain bahwa saya masih menarik atau sejenisnya.

Ngga tebar pesona deh, santai bener. Saya punya teman yang setelah cerai malah kehidupan malamnya semakin menjadi. Kalau saya, malah sering tidur cepat. Paling2 ke gym kalau pulang malam. Atau makan malam sama teman yang berakhir pada pukul 9:00 malam, tidak lebih. Waaaah….berasa tua.

Memang selama lima tahun ini bukannya semua gampang. Karena semua saya tanggung sendiri. Kadang2 rasanya ingin ada teman berbagi kalau lagi gundah, tetapi ya masih ada teman, masih bisa ngobrol, walaupun tidak setiap saat bisa. Kalau sakit, sendiri. Paling teman2 juga yang memperhatikan. Tapi tidak apa, saya pikir2, it’s not that bad.

Harus lebih pandai2 menjaga diri supaya tidak terlalu menyulitkan orang lain saja. Kadang sih suka merasa, “Aduh, coba ada yang bisa diajak ngobrol atau diskusi”. Tapi terus ingat, “Lebih parah lagi dulu, ada orang yang mustinya bisa diajak diskusi tapi tidak bisa…”. Mending sendiri jumpalitan daripada double tapi masih jumpalitan juga.

Tapi memang sih, enak rasanya kalau ketemu pasangan yang cocok dan melalui hari2 bersama. Melalui ke-bete-an hari Senin bareng, ada temen curhat, ada teman ketawa, ada teman sandaran. Mungkin satu saat nanti masih ada disediakan Tuhan jodoh yang tepat untuk saya. Tapi untuk sementara ini, rasanya 5 tahun terakhir ini kehidupan saya cukup baik. Ternyata hidup single itu tidak semenakutkan sewaktu saya dulu bimbang memutuskan cerai atau tidak.

Jalani saja. Let it be, there will be an answer, let it be.

Anda juga bisa menuliskan dan berbagi dengan seluruh sahabat pembaca "TJanda". Menulislah sekarang dan kirimkan melalui halaman Kontak.