1/30/2016

Mantan, Tetap Teman atau Lupakan Saja?

Saya lagi minum kopi pagi2 sebelum bekerja dan membaca opini: apakah ex dijadikan teman atau dilupakan saja? Dalam opini ini ada pandangan dari perempuan dan ada pandangan dari laki-laki. Yang perempuan mengatakan berteman terus, sedangkan yang laki2 mengatakan lupakan saja.

Mantan, Tetap Teman atau Lupakan Saja?

Naaaah… Saya baca terus, kepengen tahu, saya jatuhnya di kategori yang mana. Surprisingly, saya kok lebih condong sama yang pendapat cowok ya?

Jadi, pihak perempuan mempertanyakan, kenapa tidak bisa berteman? Dia lebih suka kalau masih bisa berhubungan, minum kopi, nonton bareng, cerita dll. Tinggalkan semua yang tidak dapat dijalankan dan tetap saja berteman. Bahkan, bisa2 diundang ke pesta pernikahannya. Kalau awalnya dari temanan, kenapa tidak bisa temanan juga?

Sedangkan, sang lelaki mengatakan dengan tegas, kata ex di depat berarti masa lalu. Sudah lewat. Selain dia merasa ex2nya juga tidak kepengen ketemu dia lagi, dia merasa ngga ada gunanya. The past is best put in the memory, it doesn’t do anything for the present and future, katanya begitu.

Menurut dia, dengan membuka kontak dengan mantan akan membuat ribet2 saja urusannya dan hidup sudah ribet, ngga punya waktu untuk mikirin yang sudah lewat.

Saya juga sempat tanya sama beberapa teman saya, baik perempuan, baik laki2. Rupanya pendapat ini tidak musti specific gender.  Namun beberapa rekanan laki2 saya mengatakan, ah, mendingan tidak berurusan dengan bekas pacar. Takutnya, salah2 imannya ngga kuat, malah kebawa perasaan terus malah kasihan dan makin ribet urusannya.

Persis seperti yang dikatakan oleh laki2 di koran itu: makin ribet urusannya. Sementara beberapa teman perempuan saya di twitter masih mau jalan, nerima telepon dan ngobrol2 dengan mantan. Kata teman saya Yudhi, “Wah, saya takut kasihan, terus kebawa perasaan, padahal sudah jelas hubungannya tidak bisa dipertahankan, mendingan ngga deh”.

Saya mulai mikir2 tentang pengalaman saya sendiri. Kalaupun saya berhubungan dengan para mantan, kebanyakan hanya sekedar ada di facebook saya, terbatas hi-bye saja. Tidak ada akrab2an curhat dll. Karena ada beberapa mantan yang geologist juga, maka hubungan sesama profesi saja yang masih menghubungkan kita.

Cuma ada satu dari sekian mantan yang saya masih temanan, selain berhubungan bisnis, dan masih ngopi setahun sekali kalau ketemu di annual convention. Mungkin karena pas putus kita bisa respect hasil keputusan itu ya. Dia malah sempet main ke Amerika segala pas saya kuliah di sana. Saya juga datang ke kawinannya dia (walaupun akhirnya pas pulang nangis darah, hahaha).

Sisanya…ngga ada tuh yang saya masih ngopi2 atau beramah-tamah. Kalau bisa hi-bye pun setelah beberapa tahun berlalu (10 tahun, hahaha).

Masalahnya, saya lumayan setuju dengan si cowok di opini koran tersebut. Saya tidak melihat manfaat berhubungan dekat dengan mantan2 saya. Memory lane? Buat apa mengingat2 masa2 bahagia kita dulu? Kali2 bermanfaat di masa depan? Bermanfaat dalam soal bisnis ya memang iya kali, demi bisnis segala juga dihalalkan. Tapi selebihnya bermanfaat bagaimana ya?

Kalau saya senang clean cut. Okelah sakit meraung-raung awalnya. Karena biar kita yang mutusin juga, kadang kita kehilangan kebiasaan2 yang biasa kita lakukan bersama, misalnya makan bareng, terima sms yang berbunga-bunga dll. Terus terang biarpun saya ngga klop sama si Jorok dan saya yang mutusin si Jorok, saya kehilangan perhatiannya, text messages-nya, berasa kehilangan fans.

Tapi cuma bentar ajalah, soalnya saya pikir let another woman deal with him, I’m too busy to take care of a childish adult. Mending putus sekarang, status jelas, move on.

Kalau saya, ngga tahu orang lain ya, terlalu banyak memori yang akan muncul kalau saya dekat lagi dengan mantan. Karena saya tahu diri saya sendiri, saya ngga bakal comfortable kalau cuma berdua sama dia. Apalagi kalau pakai ngopi, ngobrol dekat, nanti sayanya mulai ngarep, atau dianya yang mulai ngarep, nah, inget alasan waktu kita putus dulu, wah, jadi ribet deh urusannya.

Yang keren banget nih, ada temen saya di Twitter yang waktu saya tanya (perempuan), jawabnya lugas, “Ngapain juga?”. Kalau dipikir2, sudah ada beberapa liter air mata keluar dan waktu terbuang gara2 dia trus kok ya masih mau berteman, as if kurang banyak waktu yang dibuang2. Sudah, move on, kata teman saya itu.

Tapi ada beberapa teman saya yang malah jadi best friends sama mantannya. Nah, ini hebat bener. Butuh hati yang sangat besar dan pengertian yang sangaaaat tinggi dari pasangan2 masa kini kedua belah pihak.  Masalahnya, dulu pernah ada sepercik api, apakah mungkin api itu akan tumbuh kembali?

Atau memang kondite pas putus itu bener2 final tetapi hubungannya sudah berubah seperti hubungan pertemanan saja sehingga putus secara man-woman tetapi tetap berhubungan baik? Hebat tuh.

Kalau urusannya ada anak, ya lain ceritalah ya. Demi anak, seharusnya masihlah berhubungan dengan orangtua si anak, walaupun hanya sekedarnya saja berhubungannya.

Masalahnya, ada aja yang nanti mungkin ambil kesempatan. Misalnya, kemarin ada yang pop up di YM, mantan. Trus nanya khabar, trus saya pancing, “Iya kemarin saya sakit”. Trus, si mantan yang sudah kawin ini langsung nyamber, “Nanti aku temenin”. 

Lha. Trus bininya mau dikemanain, apa tuh bini bisa terima kalau lakinya nemenin mantan pacar yang sakit? Nyari masalah bukan kalau begini? Dia juga nyari kesempatan aja kali ya, tahu saya sudah sendiri.

Yang beres sih, selama kita masih ada perasaan (entah benci, entah kesel, entah rindu atau senang), dihilangkan dulu perasaannya sampai bener2 kita ngga ngerasa dia mempunyai efek terhadap hidup kita. Baru deh kontak lagi. Selama dia masih muncul2 di bayangan dan masih tidak akan ada perubahan hubungan, ya ngapain juga…

Mungkin ada kalanya Mantan perlu dilihat lagi… Walaupun kejadiannya belum pernah begitu di kehidupan saya. Yang ber-embel2 ex semuanya masuk kotak dan ngga dibuka-buka lagi. Karena waktu putus juga ada alasannya, baik dari saya maupun si mantan. Ya boleh saja sih, dicoba lagi kalau situasi berubah, tapi ya…resikonya patah hati dua kali dengan orang yang sama. Kayaknya di CV ngga bagus tuh.

Nih buktinya:
Habis ngobrol sama temen2 cowok pagi hari mengenai hal ini, siangnya saya lunch, eh ketemu mantan. Si Mantan nyamperin, saya berusaha normal2 saja, tapi sesiangan saya blingsatan ngga jelas. Emang para mantan baiknya dimasukin kotak saja, di gembok dan kuncinya dikubur dalam-dalam.

Anda juga bisa menuliskan dan berbagi dengan seluruh sahabat pembaca "TJanda". Menulislah sekarang dan kirimkan melalui halaman Kontak.