1/29/2016

Ke Kawinan, Rasanya Gimana Gitu

Kemarin saya ke tempat pernikahan sahabat saya, teman sesama penyelam. Ini perkawinannya yang pertama, dan dari geng kita, dia yang terakhir kawin. Karena dia orang batak anak perempuan satu2nya dan kawinnya dapat orang batak juga, maka kawinannya berentet-rentet penuh dari sebulan yang lalu. Sampai calon iparnya saja bilang kalau kawinannya melebihi kawinannya raja Inggris kali.

Ke Kawinan, Rasanya Gimana Gitu

Kemarin saya ke pernikahannya di gereja. Saya datang dengan kawan saya, janda juga, yang baru saja putus sama pacarnya yang psikopat itu. Jadilah dua jomblo datang pas-pasan: pas pengantennya masuk ke gereja. Sementara saya melihat geng nyelem saya yang sudah duduk manis di dalam (semua sudah menikah), saya dan teman saya si Wila ini melipir mencari tempat duduk agak ke depan.

Wah, pernikahan kristen batak itu lama juga ya prosesinya. Banyak nyanyi2, banyak ceramah. Untung saya bawa kamera poket jadi bisa rada main2 sama kamera kalau rada bosan. Tapi sebenernya bukan bosan yang saya takuti. Yang saya takuti itu apa yang bakal saya rasakan selama saya menghadiri upacara sakral ini. Karena, kadang2 pikiran saya suka melayang kalau ke upacara perkawinan (bukan resepsi ya, kalau resepsi lebih seperti reunian).

Saya duduk sambil mendengarkan lagu2 yang dipersembahkan oleh Delon dan Rio Silaen, dua orang yang mempunyai suara sangat bagus. Kebetulan saya duduk di depan layar filem, jadi lirik lagunya terpampang jelas di depan saya.

Untuk membunuh kebosanan, saya coba ikuti kata2nya. Waduh, terenyuh ya. Isinya model2 yang, “I choose you, let me follow you”, “Don’t be sad, I will be right next to you” begitulah. Waduh, siapa yang ada right next to me kalau saya lagi sedih ya? Nah ini, si Wila ini, hahaha…yang sebentar disentek kalau lagi suntuk.

Tidak terasa, akhirnya melamun, melamuni hubungan setahun sama seseorang yang kandas Bulan Februari lalu (kemana ya, itu orang?). Rasanya itu orang paling bener sedunia deh, kalau diinget2, enak diajak ngobrol, becanda, kalau salah satu sedih saling menghibur.

Wuiiiih, udah lama rasanya ngga dipeluk kalau pikiran lagi gundah. Rasanya nyaman gitu, bagi2 rasa susah. Pikiran melayang kembali ke manusia yang terakhir dekat dengan saya, si jorok itu. Kok rada melankolis nih, rada kangen juga sama si jorok itu ya. Kenapa si jorok itu ngga mau dewasa dikit ya, padahal kalo iya, mungkin dia yang ada di sebelah saya nih…walah, melayang-layang. Ngawur.com judulnya.

Saya inget banget temen saya ini banyak dideketin orang. Sempet pacaran yang putus sampai badannya kurus kering. Tapi sabar menunggu sampai beberapa tahun untuk akhirnya memilih sang suaminya. Sabar banget nunggu sampai the right man hadir. Dan the right man memang menurut saya juga, karena sampai sekarangpun saya menjadi teman baiknya dia.

Enak kan, kalau pasangan kita bisa masuk ke lingkungan teman-teman kita juga? Dan teman saya ini tidak menurunkan standardnya. Kompromi iya, pengertian iya, tetapi dia tidak menurunkan standardnya untuk dalam mencari pasangan. Akhirnya ada juga ya, pasangan yang terbaik buat dia. Mencari pasangan itu memang seperti mencari jarum dalam jerami. Udah gitu untung2an.

Kalau lihat beberapa pengalaman teman2 saya yang sudah kawin, yang ada di gereja itu, juga teman yang cerai, rasanya tidak ada yang namanya tidak keluar airmata dalam mencari cinta. Yang rasanya kalau dilihat ke belakang, gila ya, bisa survive juga akhirnya. Pacaran, putus, kawin, cerai, entah apa yang ada di dalam hati masing2 orang yang ada di gereja ini, melihat prosesi pernikahan yang berlangsung ini.

Yang paling mengharukan dalam setiap acara pernikahan, menurut saya, adalah ketika pengantin sungkeman sama orangtua. Saya tidak bisa menahan air mata melihat itu, terutama Delon menyanyi bait yang mengatakan, “Di doa ibuku, disebut namaku”. Duh, jadi inget nyokap. Kebayang si nyokap pas saya datang mengumumkan saya mengakhiri perkawinan, pasti kecewanya dan sedihnya luar biasa. Sorry, Mom.

Anyways, setelah acara selesai, saya menyalami sahabat saya itu. Senang rasanya melihat dia akan memulai babak baru kehidupannya. Sementara saya mikir, kok kalau gue adanya babak belur ya…hahaha…

Nggaklah. Saya dan Wila masih dalam satu proses yang saya yakin, pasti nanti ada jawabannya. Tinggal masalah waktu saja. Mungkin kita berdua sedang dalam masa pulih akibat hubungan yang tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi. Tapi saya yakin, sebagaimana sahabat saya ini, nanti ada waktunya kalau saatnya sudah tiba.

Dan sampai saatnya tiba, ya dinikmati saja. Masih ada kawan2 yang membuat saya ketawa, masih ada anjing2 yang membuat saya tersenyum. Dan percaya atau tidak masih ada, walaupun kurang berkenan, orang2 yang ngedeketin (duuuh, yang kita pengen malah ngga ngedeketin, malah yang kita ngga mau yang dateng ya…).

Akhirnya, saya pulang ke rumah. Hujan besar. Saya buat teh panas dan nonton Sex and the City the movie Part 1. Sambil pikiran terbang kesana kemari. Upacara pernikahan yang lama namun khidmat, yang sempat membuat perasaan dan pikiran saya terbang mengawang-ngawang ke masa lalu, masa kini, dan memikirkan apa yang ada dalam masa depan saya. Apa masih ada kesempatan ketemu “The One” ya?

Perkawanan sesama perempuan. Naik turun dalam menemukan pasangan. Ya memang begitulah namanya hidup. That’s life, that’s what makes life colourful.

Selamat untuk Oka dan Simon.

Anda juga bisa menuliskan dan berbagi dengan seluruh sahabat pembaca "TJanda". Menulislah sekarang dan kirimkan melalui halaman Kontak.