1/31/2016

Kesepian, Samakah Dengan Kehilangan?

Kemarin sore saya melakukan pengakuan dosa ke sahabat saya, si Muin. Sahabat saya ini pernah kasih komentar bahwa dalam semua penyusunan rencana masa depan saya, tidak sedikitpun saya melibatkan seseorang, malah melibatkan beberapa ekor.

Kesepian, Samakah Dengan Kehilangan?

Dan dia bilang, “Unik, unik, tapi kan pastinya musti ada rasa ingin sharing sama seseorang dong”. Pengakuan dosa saya pas habis pulang kantor dan bermacet ria di jalan, “In, yang elu bilang baru berasa sekarang. Andai ada seseorang sekarang ini pas semua lagi ngga berjalan lancar…”.

Masalahnya, beberapa bulan terakhir ini memang pekerjaan lagi sinting2nya sinting. Kalau kemarin2 ada Si Jorok yang bikin lupa sejenak dengan makan siang atau dinner, sekarang kembali ke keadaan semula lagi.

Rasanya mikir, enak juga ya, kalau Jum’at sore ada orang yang bisa bareng2 menikmati tamatnya minggu yang sibuk (walaupun si Jorok bukan orangnya, karena kalau habis bareng sama dia, saya mikir, “Gue habis ngapain sih?!” alias mempertanyakan waktu yang terbuang bersamanya).

Hmh, sepi, sepi, sepi. Memang kesepian adalah musuh bagi orang2 yang single. Ternyata menyerang siapa saja, entah yang hobbynya banyak, yang kerjaannya numpuk, ada saja masa2 di mana rasanya lonely.

Kamis malam, saya dan teman2 sesama salseros ngumpul dan walaupun kita ketawa2 di lantai salsa, tetap saja ada rasa kesepian merambat, dan membuat saya tidak bisa menikmati malam secara menyeluruh.

Sepi itu bukan selamanya situasi lingkungan. Kesepian itu bisa terjadi pada orang yang sibuknya setengah mati. Saya bisa merasa kesepian ditengah-tengah keramaian, atau di tengah2 kesibukan yang ngejublek dari boss saya yang buta waktu. Dan kalau sudah kesepian, ujung2nya suka merasa sendiri, sedih, frustrasi.

Sendiri salah. Ada orang juga salah. Yang salah itu kalau sama orang yang salah. Jadi ngga apa sendirian, kata saya.

Saya pikir2, kenapa ya, orang merasa kesepian? Sepertinya karena karena kehilangan sesuatu yang kita biasa miliki. Biasanya waktu kita diisi oleh seseorang, tapi sekarang tidak lagi. Atau, karena kita menginginkan sesuatu yang kita tidak miliki.

Kesepian sebenarnya, menurut saya, ada di dalam mindset kita. Ada di dalam pikiran kita. Kalau bahasa Inggris namanya ‘lonely’. Biar ada di tengah pesta yang ramai, kalau lagi merasa kesepian ya tetap saja kosong rasanya.

Hanya terdengar hiruk pikuk kebisingan di lingkungan. Rasanya kita tidak berpijak di bumi, berada di dunia lain dengan pikiran kita. Dengan kata lain, kita tidak bisa menikmati masa kini dengan penuh.

Beribu kesibukan memang bisa membuat kita melupakan kesepian yang akhirnya berakhir dengan rasa capai dan akhirnya tidur. Tetapi hanya melupakan saja, tidak menghilangkan. Jadi, ini kiat2 menghadapi kesepian supaya kita bisa live to the fullest

Relakan yang kita tidak miliki lagi:
misalnya kita baru pisah dengan seseorang, berusaha menerima kenyataan bahwa dia sudah tidak ada dalam kehidupan kita. Ini memang memakan waktu, tetapi coba deh, pikir mengenai apa yang akan kita lakukan ke depan tanpa orang itu lagi untuk survive hidup.

Kalau memang masih dalam masa berduka ya bolehlah sendirian. Tetapi dengan berjalannya waktu, pikir2, apa mau berduka lama2? Kali2 aja orang yang dipikirin juga sudah move on dengan hidupnya. Intinya: relakan. Terima. Ikhlaskan. Berdamai dengan diri sendiri.

Syukuri apa yang kita miliki:
seperti yang saya bilang di atas, mungkin kita tidak hidup di saat sekarang dengan menginginkan apa yang kita tidak miliki. Oke, kita lagi lowong, in between relationships. Misalnya saya nih, suka mengcounter pernyataan2 yang nonsense gini: Tidak ada teman nonton dan ngopi? Ah, masa. Teman kan masih ada. Tidak ada tempat bersandar kalau sudah cape bekerja?

Angkat telpon dan curhat dikit sama sohib yang lain. Bengong ga tau ngapain? Masih ada DVD, anjing2 untuk dipeluk-peluk. Masih ada kamera. Yang kadang harus disyukuri juga adalah apa yang kita tidak punya lagi: sakit kepala sama si mantan! Nikmati musik, bener2 nikmati dan syukuri kita masih bisa dengerin lagu tanpa diganggu. Bisa menikmati acara TV tanpa diganti channelnya.

Cari kesibukan:
ini memang klise sih, tapi lumayan buat menunda kita berpikir dan merasa sepi. Paling tidak selama sibuk, kita lupa dengan kesendirian kita. Coba cari kegiatan yang kira2 kita suka ngerjainnya. Misalnya, ikut kelas baru di gym, belajar melakukan sesuatu yang baru, tambah target baru misalnya nurunin berat badan.

Pikirannya paling ngga terobsesi dengan hal yang lain. Kegiatan yang efektif buat saya biasanya kegiatan yang menghasilkan sesuatu. Misalnya motret, kan menghasilkan foto yang bagus. Pasang kuteks juga menghasilkan sesuatu: kuku yang cantik dan rapi jali!

Feel blessed early in the morning:
Bangun pagi, saya suka berdoa. Berdoa dan bersyukur akan apa yang saya masih bisa nikmati. Waktu saya cuti sama Priya dan Uni, kita pernah secara bergilir menyebutkan 10 hal yang kita syukuri sebelum memulai hari. Entah itu “saya bersyukur bisa menikmati kopi yang enak ini”, “Saya bersyukur harinya indah”, “Saya bersyukur ada air panas waktu mandi”.

Kalau disebutkan kuat2, mudah2an kita jadi benar2 menikmati apa yang kita punya. Karena, biasanya kalau kesepian, pernyataan yang ada adalah, “Andai ada ini….”, “Andai ada si itu….”, jadi mindset pada hal yang kita tidak punya. Ini mungkin yang paling efektif buat saya selama ini.

Ujung2nya memang semua orang harus pandai2 mensyukuri apa yang kita miliki, bukan apa yang tidak kita miliki. Mudah2an bermanfaat.

Anda juga bisa menuliskan dan berbagi dengan seluruh sahabat pembaca "TJanda". Menulislah sekarang dan kirimkan melalui halaman Kontak.