2/05/2016

Sebuah Petunjuk Kehidupan?

Teman blogging saya, Therry, tag saya di blognya yang berjudul Guide to Life. Petunjuk hidup. Kalau sudah di tag, mustinya saya juga ikutan tulis Petunjuk hidup. Saya sendiri sebenernya rada segan nulis petunjuk hidup, karena saya pikir saya ini siapa sih seolah2 saya sukses bener, kayak yang paling bener sendiri. Padahal petunjuk kehidupan saya juga sering berubah-ubah seiring dengan apa yang saya lihat, saya baca dan teman2 yang saya ajak diskusi.

Sebuah Petunjuk Kehidupan?

Masalahnya, saya sendiri lagi mikirin mengenai hidup. Terus terang, ada saat2nya saya merasa kurang puas dengan apa yang sudah saya capai sampai dengan hari ini. Seolah-olah ada yang kurang rasanya. Memang kalau dilihat secara materi, sudah lebih dari cukup deh; semua yang esensial saya punya. Pekerjaan, tempat bernaung, dapur yang ngebul.

Plus2nya juga lumayan, ada pembantu, supir, tiga anak yang berkaki empat dan mobil. Cuma namanya manusia tetep aja ada yang merasa kurang. Kadang rasanya hidup saya ini monoton, kalau pernah nonton “Groundhog Day”, nah, seperti itulah. Kadang kalau weekend, saya suka baring sambil mikir2 tentang hidup. Tentang diri saya sendiri.

Walaupun saya bukan seorang alim ulama yang sempurna ibadahnya, saya percaya bahwa petunjuk hidup saya yang paling bener adalah Al Qur’an. Semua yang saya perlu untuk selamat ada di kitab tersebut. Jadi kalau ditanya my guide of life, ya itulah, Al Qur’an itu.

Sebisa mungkin, saya mencoba untuk mempelajari dari ayat ke ayat makna isinya dan saya coba terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ya gitu deh. Siapa sih orang Islam yang ngga begitu, ngga istimewa juga kan saya?

Beberapa hal yang saya pelajari belakangan ini adalah, bahwa manusia bisa saja merencanakan tetapi hasil akhir Tuhan juga yang mempunyai andil. Saya itu orangnya sangat disiplin, teratur, dari jam ke jam saya sudah membuat rencana apa yang akan saya lakukan. Tetapi toch rencana tinggal rencana. Siapa yang merencanakan kawin kapan dan akhirnya bercerai. Tetapi ternyata survive juga.

Masa2 seperti badai gila itu lewat juga dan saya ngga sinting tuh. Malah saya pikir, hidup saya sekarang jauh lebih baik daripada ketika saya masih kawin, baik secara finansial, maupun spiritual; saya lebih tenang. Mungkin guide saya yang pertama adalah, Keep the faith, tetap yakin dan mempunyai keimanan bahwa semua akan berjalan dengan baik kalau kita berdoa. Doa adalah kekuatan yang luar biasa dahsyatnya untuk melalui masa2 susah, maupun masa2 senang.

Guide saya yang kedua, adalah, jujur. Tidak berbohong kepada diri sendiri, tidak berbohong kepada orang lain. Kepada diri sendiri, mengakui bahwa kita memang ya kita ini, begini, bukan si A atau si B. Inilah saya. Saya tidak suka diperlakukan seperti itu, maka saya katakan dan ungkapkan bahwa saya tidak suka. Honesty is the best policy.

Saya juga tidak perlu meniru gaya hidup orang lain kalau tidak sesuai dengan saya. Saya tidak perlu jadi orang lain agar disukai oleh orang lain. Saya tidak perlu datang dan berbasa-basi dengan orang2 kalau itu tidak membuat saya nyaman. Bagian dari menghargai diri sendiri adalah jujur terhadap diri sendiri.

Pelajaran yang paling penting yang saya dapatkan dari ayah saya adalah, membuat hidup kita berarti bagi orang lain bilamana mampu. Ayah saya selalu mengajarkan untuk memberi daripada menerima. Jangan berhutang. Menurut saya, dengan memberi, saya memiliki power.

Berhutang membuat kita berada dalam posisi yang lemah. Karena itu, jangan mau jadi orang miskin. Miskin duit, miskin pengetahuan, miskin kepribadian. Jadilah orang yang kaya. Karena hanya orang kaya yang mempunyai kemampuan untuk memberi dan mempunyai power.

Selain memberi, juga bisa share. Sharing is beautiful. Kalau kita bisa memberi, kita juga bisa menerima dan terbuka terhadap kekurangan2 yang ada dalam diri kita maupun diri orang lain. Sharing itu berbagi. Hidup, saya rasa, lebih indah kalau bisa kita share. Makanya, kalau saya punya pasangan hidup, yang penting adalah kualitas sharing kami.

Bagaimana kita share waktu, perasaan, pikiran. Pertemanan saya yang berumur panjang dengan teman2 saya umumnya karena kita berhasil sharing. Sementara, relationship saya banyak yang gagal karena gagal sharing. Ada seninya juga berbagi rupanya. Bagaimana kita berbagi tanpa menginjak kaki pasangan kita dan merompak kehidupan pasangan kita. Hmmmh…!

Yang terakhir dan paling sulit menurut saya adalah, sabar. Duh, susahnya jadi orang sabar. Tapi semua orang yang sabar bisa dipastikan akan berhasil. Sabar dan tekun pasti akan membawa kita ke suatu tempat yang lebih baik. Sementara ketidak sabaran tidak akan membuat kita maju selangkahpun. Misalnya, saya sepeeet banget lihat perut saya yang mulai berlemak.

Tapi ya musti sabar ke gym 3x seminggu dan berpegal-pegal ria di hari berikutnya kalau mau itu lemak pergi. Harus bersabar dengan mengubah pola makan dan menahan napsu ngemil. Sabar itu ilmu yang terpakai di segala macam bidang kehidupan. Dan orang tidak ada yang pernah lulus pelajaran bersabar karena ujiannya ada melulu, ngga ada tamat-tamatnya.

Satu hal yang saya masih lakukan adalah melakukan sesuatu yang baru dari waktu ke waktu. Ini penting untuk menambah warna kehidupan. Coba ikut kelas baru di gym, misalnya yoga. Atau coba tekuni hobby baru. Atau sesimple ambil jalan lain menuju ke kantor. Pelajari sesuatu yang baru. Coba menu baru. Paling tidak, ini membuat kita menjadi orang yang mempunyai hidup yang menarik dan tidak monoton.

Mungkin dikala kita ada di persimpangan jalan, sebagaimana saya sekarang merasa ada yang kurang, karena saya merasa hidup saya kurang bermakna karena saya kurang melakukan apa yang ada di atas. Belakangan ini, saya akui saya kurang banyak berbagi dengan lingkungan sekitar saya.

Sepertinya saya banyak terfokus pada kegiatan saya sendiri sehingga tidak merasa mempunyai makna tuh hidup sehari2 saya. Memang paling enak kalau punya pekerjaan yang bisa merubah hidup orang lain menjadi lebih baik, tetapi kalau pekerjaannya seperti saya, ya paling tidak memberi suasana dan lingkungan yang lebih baik terhadap lingkungan kantor saya dan memberikan apa yang saya ketahui kepada yang lebih muda mungkin.

Tidak ada yang istimewa dan baru toch? Semua juga ada di Qur’an bukan? Saya sama sekali bukan expert lho dalam melakukan ini, tapi kalau saya suka gundah, biasanya saya kupas hal2 ini dan coba cari apa yang belum saya lakukan.

Dan hidup ini belajar terus isinya. Kalau kita berhenti belajar dan berkembang, artinya kita sudah berhenti hidup.

Anda juga bisa menuliskan dan berbagi dengan seluruh sahabat pembaca "TJanda". Menulislah sekarang dan kirimkan melalui halaman Kontak.