1/12/2016

Pasangan Posesif, Ke Laut Aja!

Tema tulisan ini akan selalu hangat, meski dibahas dalam judul yang lumayan keras: Pasangan Posesif, Ke Laut Aja! Ada kutipan menarik sarat makan yang diungkapkan: "Saya cinta sama orang bukan berarti saya memberi kehidupan saya, tetapi saya share bagian dari hidup saya." Ah ...

Pasangan Posesif, Ke Laut Aja!

Saya suka merasa agak aneh lihat beberapa temen saya yang amat sangat terbuka dengan suami atau pacarnya.

Jujur dan terbuka memang salah satu kunci dari hubungan yang sehat, tetapi bagaimana pendapat para pembaca sekalian dengan cowok-cowok yang punya akses ke HP, BBM, Facebook, email account dan Twitter kita?

Saya punya teman baik yang modelnya sama dengan saya. Periang, outgoing, pekerja keras dan punya kawan banyak. Mandiri secara finansial. Tapi saya bingung, waktu dia bilang kalau pacarnya yang sudah lama banget dipacarinnya itu super posesif.

Punya akses ke facebooknya sampai foto-foto yang boleh diupload dia yang seleksi. Kalau dia pergi, bisa seluruh teman-temannya ditelpon ditanyain, “Si Mary ke mana?”.  Ga boleh ini ga boleh itu.

Padahal nih temen proyeknya menyebar dari Sabang sampai Merauke. Nomor telepon cowok yang dia ngga kenal dihapus dari HPnya. Muji hasil karya seni cowok lain, terus pundung dan cemburu. Padahal cowoknya ini oke lho, pujaan kaum hawa.

Jadi mikir, seharusnya yang ngga pede kan yang ceweknya, bukan? Yang lebih herannya, lha kok temen saya bisa ya pacaran sama orang ini?

Ada lagi teman yang suaminya kerjanya ngecek SMS-nya. Tahulah, model kita kadang-kadang sama temen-temen deket masa SMP atau SMA suka ngomong kayak anak-anak ABG sekarang, “Halo cin, ntar dateng ngumpul? Xoxoxox”. Kadang sama temen sesama jenis pula lagi. Lha itu aja bisa jadi bahan brantem. Gila ya.

Ada lagi pengalaman pribadi saya nih, waktu saya pergi diving ke Komodo bersama temen-temen sebanyak 27 orang. Perempuannya ada 5 orang, sisanya laki2 semua. Ya, namanya diving, memang masih didominasi oleh laki2 toh jumlahnya.

Nah, sebagai pacar yang baik, saya tentunya selalu kontak dan email, memberitahukan kalau saya baik-baik saja, ini foto kapalnya, dll. Kemudian namanya juga kita di tengah laut, jauh dari kota, kadang kalau lagi dekat pelabuhan ada koneksi telepon dan bisa kirim email, kadang ngga ada kan.

Nah, 2 hari saya di laut dan hepi-hepi dengan teman-teman yang nota bene sudah saya kenal dari tahun jebod, tahu-tahu masuk dekat pelabuhan dan terima banyaaak email dan SMS. Sudah panik rupanya sang pacar. Ya namanya saya juga kangen, ya saya telepon.

Dia laporan, dia ngga bisa tidur dan tekanan darahnya naik. Karena ngebayangin saya sama 22 orang laki-laki di kapal yang bagus. Dan ga ada kontak telepon. Halah!

Ada satu masa lagi, pas saya makan pagi dengan teman-teman saya yang perempuan jam 8 pagi. Itu ritual santai-santai perempuan-perempuan sebelum dirongrong sama masing-masing lakinya kalau mereka bangun jam 10 pagi-an. Namanya lagi ngobrol seru, HP ditaruh ditas dong.

Begitu jam 10-an, semua hp bunyi, masing-masing nanya, “Kamu udah kelar sama temen-temen kamu?”. Nah, pacar saya dong paling seru, ada beberapa email dan sms, kemudian dia telpon nanya, “Kok email saya ngga dibales? Kamu marah ya?”. Lha!

Wong lagi asik ngobrol sama temen-temen, kok tiba-tiba gue bisa dibilang marah ya?

Satu lagi, pas lagi ada konvensi geologist-geologist, dia mau ikut. Ya namanya konvensi profesional, ya saya ketemu rekanan-rekanan bisnis. Sementara dia mau dikenalin, jauh bener berdirinya. Dan temen-temen itu ada yang temen kuliah, temen sekantor dulu, temen yang mau kasih kerjaan.

Eh, pundung lho. Karena dia mengharapkan saya bareng sama dia terus-terusan. Lha?! Tau gitu gue tinggal aja dia di rumah. Capek ya. Apa saya yang sudah biasa semua sendiri ya?

Tapi lucunya, cowok-cowok itu kalau perempuannya telepon nanya, “Udah dimana?” “Lagi di mana?” protesnya setengah mati. Gemana sih ya?

Kalau saya, semua barang-barang pribadi saya, seperti laptop, BB, account email, Facebook, Twitter, tidak saya kasih password-nya. Kenapa? Karena itu dunia pribadi saya.

Saya adalah seorang individu yang mempunyai kehidupan pribadi, dan karena kehidupan dan gaya hidup saya inilah seorang laki-laki tertarik dengan saya. Saya cinta sama orang bukan berarti saya memberi kehidupan saya, tetapi saya share bagian dari hidup saya.

Alangkah membosankannya hidup saya kalau saya juga cek-cek email, SMS, Facebook, dll pasangan saya. Lha kalau sudah tidak percaya, ya putusin saja. Iya ngga sih? Emang hidup cuman menyelidiki? Capek banget ya. Kayak dicurigai aja terus-terusan.

Memang sebuah persahabatan atau hubungan, kuncinya bukan hanya saling terbuka tetapi saling percaya. Bukan saling memiliki tetapi saling berbagi apa yang dimiliki. Walaupun sudah kawin, kita tetap seorang individu yang memiliki.

Kalau cowok yang posesif begitu, bikin gerah, ah! Kayak ngga pede gitu. Biarpun dengan dalih sayang dll, tapi kalau masuk ke wilayah teritori pribadi sampai lihat isi dompet, isi tas, ngga deh. Ke laut aja!


(Origin: Janda Kaya)

Anda juga bisa menuliskan dan berbagi dengan seluruh sahabat pembaca "TJanda". Menulislah sekarang dan kirimkan melalui halaman Kontak.